Sunday, December 17, 2006

INILAH ALASAN AA GYM BERPOLIGAMI

Bandung - KH Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym akhirnya berterus terang telah menikah lagi dengan perempuan bernama Alfarini Eridani (37). Menurut Aa, poligami dibolehkan, tapi memiliki risiko tinggi. Lantas, bagaimana alasan Aa Gym sehingga berani menduakan Teh Ninih Muthmainnah?

Aa Gym telah menjelaskan alasannya secara gamblang untuk mengambil keputusan berpoligami. Dalam jumpa pers di Kantor Manajemen Qalbu (MQ), Jl. Cipaku, Jakarta, Sabtu (2/12/2006), Aa telah menjelaskan hal ini. Dan dalam pertemuan dengan wartawan di kediamannya, di kompleks Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, Bandung, Minggu (3/12/2006), Aa Gym mengulanginya kembali.

Berikut penuturan Aa Gym tentang alasannya berpoligami:

"Alhamdulillah, atas perhatiannya dari berbagai elemen masyarakat atas hal ini. Memang, keputusan ini tidak populer dan sensitif bagi sebagian kalangan. Aa mohon maaf apabila keputusan ini menjadi tidak nyaman bagi masyarakat, sedih, kecewa, jengkel dan marah.

Saya menganggap ini bagian kasih sayang kepada keluarga Aa. Mengapa Aa mengambil keputusan ini? Ini lahir dari keperihatinan bahwa selama ini poligami dianggap sebagai perbuatan tidak benar. Sering dicemooh, dihina, bahkan diperlakukan tidak semestinya. Istri kedua dianggap sebagai perebut suami orang.

Saya seorang Islam, yang memiliki keyakinan bahwa sesuatu yang diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu ada hikmahnya. Saya sedih sekali, yang diperbolehkan ini disebut perilaku yang salah. Pada saat yang sama, saat ini marak pergaulan bebas, dianggap biasa, seperti teman tapi mesum (TTM).

Makanya, saya ambil sikap seperti ini.

Tapi, ini risiko. Tapi saya yakin nanti-nantinya akan ada hikmah. Salah satunya, sekarang ... menuai badai. Belum pernah saya menerima SMS yang isinya tentang kecaman, kecewa, dan sedih. Tapi, ada juga SMS yang memberi support bahwa yang benar itu adalah benar. Hal seperti ini jarang sekali terjadi pada saya. Tapi, tidak mengapa. Ini membuktikan bahwa saya tidak hanya mencari popularitas. Ini adalah ujian." (ern/asy)

SUMBER : detik.com

Komentar redaksi : Yth Aa Gym, semoga pernikahan kedua Antum mendapat barakah dari Allah SWT. Amin. Antum harus tabah menghadapi kecaman, bagaimana pun juga pahitnya. Semua itu akibat opini publik batil yang dihembuskan oleh kaum sekuler dan liberal yang dengan lancang mengharamkan poligami. Lain kali, materi pengajian Aa agak ditambah kajian syariahnya, termasuk hukum poligami. Tidak masalah qolbu melulu. Tentu Aa juga sepaham dengan kami, kita harus seimbang (tawazun), yakni harus seimbang antara pikiran (pemahaman syariah) dan qolbu, tidak berat sebelah. Setuju kan Aa'? (redaksi)

Komentas saya: Allah telah menurunkan Al Qur'an sebagai "way of life" bukan untuk terserah semau gue yang penting gue punya pendapat dan terserah bagi yang punya komentar yang berbeda. Khan negara ini demokratis!!. Seperti analogi sebuah tempat kursusan komputer yang ketika ngedaftar buat ikutkursus dan membayar dengan sejumlah uang, apakah komputer yang dibagikan ke masing-masing peserta kursus akan dimintai pendapat "silahkan komputer yang dibagikan terserah untuk apa?" maka jawaban dari peserta pasti beragam. Ada yang pengen digadaikan. Ada yang pengen ngejual aja. Ada yang dikasihkan orang lain. Ya khan? pasti jawabannya macam-macam. Akhirnya kursus komputernya nggak berjalan. Mestinya dikembalikan ke bagaimana tempat kursus itu punya aturan.
Kalau kita telah sepakat adalah ciptaan Allah dan Allah telah menurunkan "user manual" untuk manusia yaitu Al Qur'an, apakah Allah akan menyerahkan segala jalan hidup manusia terserah mereka? tentu kan yang berhak jawab adalah Allah. Kalau Allah telah mengatakan di QS. Adzariat: 57 "Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" kata Allah yaa..... sudah apa yg sudah menjadi keputusannya kita ikuti aja khan. Kalau hukumnya mubah, atau boleh.... yaaa sudah... manusia tinggal ikut aja. Sekarang justru ngributin or bikin aturan utk yang pada freesex alias zina, n maksiat2 yg lainnya. Yang jelas-jelas Allah melaknatnya. Bukan kembali apakah ini demokratis atau tidak. Karena Allah tidak demokratis. Islam tidak demokratis. Dari, Dan, Oleh bukan untuk "rakyat" tapi untuk "Allah". Wallahu A'lam Bishowab.

Labels: ,