Monday, February 05, 2007

Indonesia sudah terlalu banyak dosa

Sudah tak terhitung banyaknya bencana & kejadian yang bertubi-tubi melanda bangsa ini. Mulai dari tsunami di Aceh, gempa Nias, gempa Jogja Jateng, tsunami Pangandaran, Flu Burung, meletusnya merapi, tanah longsor dimana-mana, kasus pembantaian ‘teroris’ di Poso, malnutrisi, pengangguran yg sudah diatas 40 juta orang, pembunuhan, perampokan, aborsi yang dari hari kehari tidak menunjukkan penurunannya. Dan masih banyak lagi bencana di negeri tercinta ini. Terakhir bahwa 40% Jakarta telah terendam banjir dan akan meningkat prosentasenya ketika Bogor dan kawasan Puncak tidak berhenti hujan.

Allah telah mengatakannya dalam kitab suci. Ada kata fasad atau kerusakan. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
[TQS Ar Ruum : 41].
Didalam penjelasan para ulama bahwa kata fasad terbagi menjadi dua, fasad (kerusakan) dalam arti bencana alam yang sifatnya alamiah. Gunung meletus, gempa bumi, tsunami, angin topan dll. Untuk itu kita wajib untuk pasrah kepada-Nya. Hanya kesabaranlah yang nantinya akan membuat kita ’naik kelas’. Kemudian arti fasad yang kedua, kerusakan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia sehingga Allah memberikan contoh berupa bukti-bukti riil dalam kehidupan sehari-hari.

Banyaknya aborsi mungkin karena aturan di negeri ini yang memang membebaskan setiap orang untuk bergaul bebas tanpa batas serta membiarkan individu tidak beriman yang semakin banyak. Rangsangan dari berbagai media cetak maupun elektronik yang selalu memberikan inspirasi liberalisasi tingkah laku maupun pemikiran kepada generasi muda.

Flu burung di Indonesia... sekarang ada diurutan ke 2 dunia dari banyaknya jumlah korban tewas. Ada skenario buruk konspirasi negara-negara barat, membuat kerjasama 'kongkalingkong' dengan pemerintah negara-negara berkembang agar bisa mengimport paha ayam, jeroan ayam/sapi, dengan harga sangat murah yang kemungkinan terjangkit penyakit.

Pembantaian kepada DPO teroris kasus Poso. Yang terbantai sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Rakyat Poso melalui hari-harinya dengan penuh ketakutan. Suasana mencekam menghantui setiap saat. Bisa jadi peluru nyasar ada dimana-mana. Apakah ini skenario Amerika untuk membumikan undang-undang anti terorime pasca runtuhnya WTC 911 yang memang bisa dikatakan berhasil?

Malnutrisi dimana-mana. Bahkan di Jakarta di ibukota yang notabene kediaman para petinggi negeri ini. Masih juga kesejahteraan tidak merata. Dengan begitu, anggota dewan juga getol mensejaterakan diri. Ada cerita menarik dari seorang sahabat ketika bertemu dengan anggota parlemen negara-negara tetangga. Mereka mengatakan bahwa anggota dewan di Indonesia sangatlah ‘eksentrik’ karena mengangap gaji itu sebagai ‘prasmanan’, silahkan mau ambil sendiri-sendiri berapa gaji yang diinginkan. Proyek-proyek besar maupun kecil, dana bisnis maupun hibah untuk korban bencana, semuanya dianggap ada upeti yang harus dikeluarkan dengan dalih biaya administrasi dan operasional. Kalau para pemimpin negeri ini lebih mementingkan perut-perut mereka dibanding perut rakyat mereka... apalah jadinya.

Di televisi kemaren ketika terjadi banjir ada salah satu keluarga anggota DPR pusat juga terkena banjir. Dirumahnya yang berlantai tiga dan tinggi rumah ketika dibangun saja sudah ditinggikan 1,5 m tetap terendaam banjir setinggi 2,5 m, namun keluarga mereka selamat karena bisa tinggal di lantai 2 maupun tiga. Jelas? Karena dia punya cukup untuk membangun rumah lantai tiga. Tapi tetangganya? Kalau dikatakan aman... lucu... boro-boro untuk membangun rumah tingkat tiga. Untuk kontrak rumah setahun saja sulit. Ironis... belum lagi apa yang diperbuat orang-orang kaya di Bogor, kawasan Puncak, dan sekitarnya... mereka dengan mudahnya mendapatkan ijin membangun villa, hotel, untuk memperkaya diri atau rumah mewah pribadi yang hanya ditinggali sesekali kalau pas weekend. Juga menjamurnya realestate di Jakarta dan mulai merambah di Jakarta pinggiran karena kehabisan lahan, membuat resapan tanah semakin lama habis. Wajar kalau sekarang Jakarta ‘habis’ di musim hujan. Ini bukan nada marah... karena batal berangkat presentasi ke Jakarta lho....

Semoga mereka yang belum sadar segera tersadar, dan semoga mereka yang sebelumnya telah sadar segera mengajak orang lain untuk sadar dan kembali ke jalan yang benar.
Maaf kalau tulisannya subyektif banget. Wallahu A’lam Bishowab.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home