Sunday, July 22, 2007

Mengapa Kita Butuh Kerja Bakti?


Sudah dua minggu ini setiap malam Minggu di kampung RT 58 tempat saya tinggal (dusun Diro Pendowoharjo, Sewon - Bantul) sepakat untuk diadakan kerja bakti bangun jalan kampung: yang selama ini masih berupa jalan tanah, yang seringkali licin dan becek sehingga merepotkan kala hujan tiba. Jalan kesayangan ini sekarang di cor blok (menggunakan campuran coral, pasir dan semen. Memang hanya 1 km. Tapi di dalam otak saya kemudian muncul pertanyaan kecil yang menggumpal. Dan gumpalan ini kemudian menyeruak dalam benak tadi malam ditengah-tengah kerja bhakti.

Kenapa kita harus kerja bhakti? Harus ngebela-belain meluangkan waktu setiap Sabtu dari jam 18.30 sampai tengah malam, harus rela menanggung resiko pinggang pegel setelahnya, tangan panas karena semen, dll. Kan bisa saja iuran yang terkumpul selama ini dari keliling ronda yang disetiap hari di setiap rumah wajib menyediakan minim Rp. 100,- itu dan iuran keliling (serkiler) tambahan yang terkumpul cukup banyak itu bisa untuk membayar orang untuk membuatnya. Tidak perlu merepotkan ibu-ibu se RT untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk lebih dari 70 an orang setiap pekan. Bapak-bapak juga tidak perlu pusing setiap menjelang malam minggu untuk mengatur jadwal kegiatannya yang tentu masing-masing keluarga punya agenda, apalagi di malam minggu. Belum lagi pagi harinya… tentu mengalami ‘capek yang minta ampun’.

Terus… pikiran ini berkecamuk. Sambil bekerja menggunakan sekop mengambil pasir karena disebelah saya sudah menunggu pak Agung dan pak Djumali yang siap mengangkut pasirnya.

Mengapa kita harus kerja bhakti?
Setelah beberapa menit berupaya memikirkan segi positifnya khususnya ketika memperhatikan tugas masing-masing. Berikut tugas dan penjelasannya urut sesuai dengan pekerjaan dengan tanggung jawabnya (menurut versi saya tentunya):

Pak RT sebagai Pimpinan proyek (Pimpro ). Tugasnya memimpin terlaksananya kerja bhakti setiap malam minggu. Memastikan agar seluruh kepala keluarga (KK) terlibat, termasuk memberikan kontribusi dananya setiap bulan sesuai kemampuan. Menjaga agar tim tetap kompak, tetap ikhlas bahwa apa yang dikerjakan dengan penuh pengorbanan ini adalah demi kemaslahatan masyarakat. Pak RT selalu memberikan motivasi bahwa pahala yang besar dari Allah ketika kita ikhlas membangunnya dan setiap orang yang berjalan diatasnya, ada pahala yang mengalir. Pak RT yang mengingatkan bapak-bapak yang kelelahan untuk beristirahat dulu, menunjukkan tempat dimana minuman bisa diambil dan mempersilahkannya. “Ayo pak… istirahat dulu… gantian… minumannya sebelah sana pak silahkan… tidak usah dipaksa… nanti kerja lagi”. Setiap apa yang diucapkan pak RT saya kemudian teringat karakter pemimpin tipe ‘pengayom’ yang selalu memperhatikan dengan sabar setiap kesulitan yang dialami anak buahnya dan memberikan solusi praktis setiap ada permasalahan yang muncul.

Pak Djilan sebagai pimpinan teknis. Kebetulan di RT kami pak Djilan adalah pengusaha toko bahan bangunan yang cukup berhasil. Beliau juga memiliki alat mesin diesel cor yang akhirnya dipinjamkan dengan gratis (bukan sewa) kepada warga RT dan hanya pak Djilan yang tahu cara pengoperasian alat tersebut. Selain menjadi penasehat teknis kerja bhakti agar terlaksana dengan baik, beliau selalu cek kesiapan mesin dieselnya… menjalankannya, menjaga agar selalu terisi air pada radiatornya agar tidak kepanasan, termasuk menjaga supaya mesinnya tidak kemasukan pasir, semen, dsb.

Pak Jazuli sebagai asisten pimpinan teknis. Tugasnya membantu secara maksimal pimpinan teknis yaitu pak Djilan. Memiliki keahlian yang hamper sama dengan pak pimpinannya. Sangat mengerti mesin diesel, sangat mengerti teknis pembangunan jalan, karena memang sehari-hari bekerja di ditempat pak Djilan. Kerja fisiknya sedikit tetapi lebih pada pengawasan dan selalu ready karena sewaktu-waktu siap mengganti peran pak Djilan 100% ketika bossnya berhalangan.

Pengoplos semen, pasir dan koral. Pak Gianto sebagai pengontrol oplosan campurang cor dengan menghitung banyaknya pasir, koral, serta satu sak semen setiap adukan mesin. Membutuhkan kecakapan khusus karena takaran yang keliru akan membuat adonan menjadi kurang baik. Dari tenaga yang keluar barangkali tidak seberapa tapi membutuhkan kosentrasi tinggi. Karena tiengah-tengah suara deru mesin diesel, pak Gianto selalu teriak-teriak untuk memberikan perintah ke bapak-bapak pengangut material.

Pengambil adonan dengan skop. Ada dua bapak yang bertugas mengambil adonan setelah mesin diesel menumpahkannya. Dengan sigap dan cepat… keringat bercucuran dari wajahnya. Tenaga yang keluar sepertinya luarbiasa melebihi petugas penyekop pasir dank oral.

Petugas perata jalan dan lighting. Dipimpin oleh pak Djanto, sekitar 5 orang bapak-bapak sudah ready di hari sabtu sore untuk meratakan jalanan agar siap di cor serta menyiapkan penerangan jalan agar kerja bhakti malamnya lancar. Tentu saja petugas ini meluangkan waktu ekstra diantara bapak-bapak yang lainnya. Sudah siap sejak sore.

Petugas penyekop pasir dan koral. Di bagian ini petugasnya biasanya hanya tiga orang dan tenaga yang dikeluarkan memang besar. Setiap pengangkut pasir atau koral dating membawa wadah, harus segera diisi agar laju mesin diesel tidak mubazir. Segera diangkut petugas lain dan begitu seterusnya. Petugas di bagian ini biasanya mereka2 yang sudah terbiasa bekerja fisik. Berkeringat dan sering minum bukan hal yang aneh untuk dibagian ini. Dan saya pernah merasakannya. Fuih… luar biasa!

Pengangkut pasir, semen dan koral. Kurang lebih ada tujuh sampai sepuluh orang yang bertugas di bagian ini. Mereka yang merasa memiliki fisik yang diatas rata-rata, tubuh tegap berisi, kuat, dan punya energi berlebih akan memilih bagian ini. Setiap menit digunakan untuk menyuplai kebutuhan pasir, semen dan koral untuk adonan. Keterlambatan dalam menyediakan bahan tersebut akan mempengaruhi kecepatan penyelesaian pembangunan jalan.

Bapak-bapak petugas estafet adonan. Inilah bagian paling banyak difavoritkan. Selain memang dibagian ini membutuhkan tenaga yang paling banyak yaitu sekitar 50 an orang juga karena tenaga yang dibutuhkan oleh bapak-bapak juga tidak terlalu banyak. Namun di bagian ini saya lihat sangat rentan dengan ketidak kompakan. Selain memang untuk mengatur orang dengan jumlah sangat banyak itu lebih sulit, dibagian ini banyak yang tidak memiliki fisik yang sama dan usia yang beragam. Sehingga ketika satu istirahat akan mempengaruhi yang lain, dan begitu seterusnya. Belumlah acara kerja bhakti selesai, orang-orang dibagian ini sudah pada tidak ditempat dan dibantu oleh orang lain dibagian yang berbeda.

Pengambil ember kosong. Bapak-bapak yang bertugas sudah bisa ditebak… mereka yang sudah “sepuh” atau sudah tidak muda lagi untuk bekerja fisik berat. Peran mereka tak kalah pentingnya… apalah jadinya apabila tidak ada bagian ini, pasti pekerjaan juga tidak akan lancar. Tugas ini juga membuktikan seberapapun usia yang dimiliki orang-orang di RT 58 tidak menutup partisipasi semuanya. Baik yang tua maupun yang muda.

Ibu-ibu petugas konsumsi. Inilah bagian yang dengan istilah saya “sambung nyowo”. Tanpa keberadaan ibu-ibu jelas bagian supporting tidak akan jalan. Makanan, minuman, snack sangat membantu pada saat istirahat untuk bekerja kembali dengan tubuh lebih segar. Racikan makanan yang mengundang selera… aneka minuman… dari air putih, teh “nasgithel” , hingga teh jahe yang menurut info dari ibu-ibu: “bukan teh jahe biasa” karena terdiri dari ramuan teh, jahe, gula jawa, kapulaga, sereh, dll – jadilah semacam obat kuat yang diharap dapat menyokong stamina bapak-bapak - membuat hidup ini lebih hidup… halah….

Itulah bagian perbagian dari penanggung jawab tertinggi sampai ibu-ibu penyedia konsumsi. Tampak seolah tidak ada bagian yang tidak bermanfaat atau berperan. Semua petugas adalah penting. Ketiadaan satu bagian akan mengurangi kesempurnaan dalam tim. Seperti yang dikatakan mantan manager Yankee, Casey Stengel “Tak ada pelempar bola (pitcher) yang berharga tanpa seorang penangkap bola (catcher) yang mampu menangani bola liar dan cepat.”

Yang perlu dicatat bahwa masuknya kebagian-bagian itu sesuai dengan selera masing-masing. Tidak ada paksaan, tidak ada himbauan, pak RT hanya menjelaskan job’s Description masing-masing bagian. Bapak-bapak tinggal memilih … dibagian mana dia cocok. Dan... jalan lingkar kampung niscaya akan segera selesai… saya jadi ingat apa yang pernah dikatakan Patt Williams, Vice President Orlando Magic….. “Together Everyone Achieve More”

Dalam kerja bhakti ini suasana kekeluargaan sangatlah terasa. Kesempatan untuk mengenal satu dengan yang lainnya apalagi bagi penduduk baru pendatang seperti saya ini sangatlah bermanfaat. Biasanya hanya kenal dekat dengan rekan satu kelompok ronda yang ketemu seminggu sekali. Dan rapat RT dua bulanan. Sekarang kesempatan mengenal lebih sering terjadi karena setiap pekan ketemu. Diantara jam istirahat kerja bhakti kita akan leluasa memilih… bapak mana yang belum kita kenal, dan kesempatan mendekati dan bercengkerama. Siapa tahu silah ukhuwah ini benar-benar membawa pahala serta manfaat dunia kaherat seperti janji Allah.

Labels: , ,

3 Comments:

Blogger LiLiN said...

hueheheheh.. kumplit bgt smua divisi masuk mas...
akhirnya ktemu n krasa juga deh dampak positifnya ya mas...

hidup kerja bakti!!! :D

5:07 AM  
Anonymous Anonymous said...

Trus kerja bakti mas,,toh manfaatnya buat warga juga.Maaf nglantur dikit nih mas,dari kecil saya tinggal di tengah2 kota dari yang dulu masih rawa2 sekarang berubah dgn prasarana yang komplit. Kebetulan sekali ada beberapa mentri yang tinggal dilingkungan saya.Jarang sekali ada kegiatan krja bakti.Aspal selalu mulus,keamanan terpantau dll.Bayangkan mas,,karena kami kelg aparat tentunya kami tidak bayar pajak bandingkan dengan masy lain yang gajinya terpotong PPh namun prasarana lingkungan kurang lengkap?? yang saya maksud disini "masih adilkah PNS/TNI-POLRI tidak bayar pajak??" udah ah nglanturnya nnti kebablasan deh... hehe...

12:19 AM  
Blogger andika dwijatmiko said...

landy:
ok bung... ntar tak kirimi lagi...

_i_:
iya.. makasih dah mampir

temen chattingan ......:
siapa seh ini... ngadu donk... btw thanks... nglantur nggak papa koq. emang bener mestinya mreka kasig conto ya... tdk hanya jarkoni "iso ujar ora iso nglakoni" hehehehe....

12:20 AM  

Post a Comment

<< Home