Friday, August 10, 2007

Ssalameet… slameeet….


Tahun ini kembali PT PANAMAS perusahaan yang bertanggung jawab terhadap marketing dan sales & distribution produk yang dikeluarkan HM Sampoerna Philip Moris (Sampoerna) meminta saya menjadi juri semacam Greatwall (tahun lalu) yang tahun ini bertema “Squadron Djie Samsoe Filter”. Lomba ini yang dinilai mencakup visibility, creativity, creative object, dan overallperformance sebuah toko atau outlet yang menjual produk-produk Sampoerna di wilayah karesidenan kedu walaupun ini dilaksanakan serentak diseluruh Indonesia. Masing-masing wilayah mempunyai tim juri masing-masing, dan saya termasuk tim juri Karesidenan Kedu. Titik tekan penilaian terbanyak pada lomba tahun ini pada display Djie Samsoe Filter yang menjadi brand utama tahun ini.

Bersama juri independen lain yaitu pak Sumbo Tinarbuko serta beberapa juri intern dari pihak Sampoerna, kita roadshow di daerah karesidenan kedu (Magelang, Wonosobo, Wadaslintang, Temanggung, Bandungan, dan sekitarnya). Di tahun ini memang tidak banyak yang bagus dikarenakan kelas yang ikut kali ini adalah “kanvas” istilah untuk outlet kelas eceran sedangkan tahun lalu untuk kelas grossir. Sehingga bisa ditebak! Tidak banyak dari mereka yang menggunakan vendor kreatif yang biasanya didatangkan dari jogja untuk menggarap VM (visual merchandising) nya. Tapi dilihat dari kesungguhan mereka menampilkan kreasi sendiri itulah yang menjadi nilai tambah buat peserta.

Dari 62 outlet/ toko eceran yang masuk finalis, barangkali hanya empat saja yang masuk hitungan juri ke kategori “Istimewa”. Yang paling mengesankan dari empat itu hanya dua yang membuat saya sulit lupa. Dan dalam kesempatan ini saya hanya ingin cerita yang “dua” itu.

Yang pertama toko “Yusup” yang ada di Temanggung. Kreasi paintingnya keren… miniatur pesawatnya banyak dan digarap serius, tempat yang sempit itu seolah menjadi toko Djie Sam Soe filter yang hingar binger. Tapi sayang, lay outnya kurang digarap. Sehingga terkesan flat, kurang ada dimensinya. Walaupun sudah melibatkan vendor untuk menggarapnya. Kata yang punya toko, 10 orang seniman dia bayar untuk display VM tokonya.

“BTW… nggak papa bu sudah bagus … siapa tahu dapet juara pertama Umroh Gratis atau Honda Tiger”

“… Amiin… amiin…” jawabnya.

Kedua, toko”Slamet”… nah yang satu ini menarik… toko kecil di Muntilan, yang garap bukan penunjukan vendor atau seniman atau desainer. Pak Slamet garap sendiri displaynya. Termasuk pernak pernik miniatur pesawat, kapal induk, kapal layarnya, dan semua menggunakan sterofoam. Bapak yang satu ni habis 600 ribu untuk membeli sterofoam saja! Hasilnya sangat detil. Mulai dari tipografinya, logonya ornamen pendukungnya hasilnya sangat halus. Objek kecil tampak bagus dan rata. Perkiraan kita pasti dipotong dengan alat khusus. Bukan cutter atau bukan alat pemotong biasa. Yang membuat juri surprise ketika ditanya adalah semuanya dikerjakan ternyata hanya dengan cutter. Bukan dengan alat pemotong khusus. Gimana caranya? Ternyata cutter nya di asah dengan alat grenda sehingga menjadi kecil bentuknya. Nggak kebayang kan?, bahkan pak Sumbo aja yang sudah malang melintang cukup lama saja surprise… apalagi saya!. Setelah tanya ngalor ngidul penasaran… masak… profesi penjaga toko biasa seperti itu keahliannya… ternyata… “Saya sering dekor untuk ngantenan pak… njanur-njanur… gitu…” jawabnya.

“OOoooooo…. Pantessss”

“Pak Slameeet…. Pak Slameeeettt”

“Slamet ya… semoga menang!”

Labels:

2 Comments:

Blogger Riihu ar-Raihaan said...

oo gitu ya...? hmmm...syiip..syip...!

10:56 PM  
Anonymous Anonymous said...

iiyaaaa.....

11:54 PM  

Post a Comment

<< Home