Belajar dari suku bangsa China
Di Metro TV hari minggu kemaren, acaranya Safir Senduk membedah buku (saya agak lupa judulnya) kayaknya “Menjadi Kaya ala China” yang memuat nilai-nilai budaya dalam etos bisnis suku bangsa tionghoa. Menarik… dalam perbincangan singkat kurang lebih 30 menit itu mengungkap jurus-jurus maut ala China. Ada 6 jurus yang sempat tercatat dalam benak
Bukan karena kultur untuk jadi kaya tapi karena kerja keras. Bener ya… Tuhan memang adil… untuk menjadi kaya tidak harus menjadi suku bangsa tionghoa. Yang penting etos kerjanya… manteb. Walaupun rekor dunia orang terkaya, orang china belum pernah mendudui peringkat pertama… (kalau nggak salah)
Menyanjung untuk mempertahankan relasi. Siapapun pasti akan suka disanjung… kebanyakan siih… kecuali mereka yang zuhud… rata-rata justru tidak suka disanjung walaupun dihati kecilnya “suka”, tapi itu hanya sedikit dari milyaran orang yang ada didunia ini. Bahkan sebagian besar orang-orang sukses itu hidup dari sanjungan dan sering menyanjung orang lain. Sehingga relasi senang, networking pun bertambah.
Beli satu kasih dua. Maksudnya kalau ada customer yang beli barang dengan harga Rp. 10.000 maka berikanlah senilai Rp. 11.000 atau senilai Rp. 12.000, entah dengan cara bonus barang, service tertentu, diskon, dll
Enam poin sederhana yang barangkali sering kita jumpai di buku-buku umum trik bisnis. Tapi memang terasa lebih renyah karena ternyata beberapa tips diatas adalah khas suku bangsa China yang terbukti banyak yang telah sukses dalam menempuh bisnisnya.
Rosulullah sendiri memberikan atribut istimewa untuk bangsa China dalam hubungannya dengan keilmuan. “Thalabul ‘ilmi walaubichiin”. Belajarlah walaupun sampai ke negeri China. Rosulullah tidak mungkin bersabda demikian kalau bangsa China tidak memiliki ilmu cukup untuk mempertahankan eksistensi hidupnya.
Wallahu a’lam bishowab.
Labels: manajemen
<< Home