Friday, August 20, 2010

Seputar Tanya Jawab Bisnis Syariah Part #01

Rabu, 18 Agustus 2010 jam 16.30 saya diminta untuk mengisi sebuah acara obrolan menjelang buka puasa di radio Trijaya FM. Pihak radio menginginkan tema yang diusung tidak jauh-jauh dari profesi yang digeluti pembicara. Kesempatan ini sangat baik untuk menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan bisnis yang sedang saya geluti sekarang bersama pak Bey Laspriana dan pak Condro Triono di Syafa’at Advertising yang sebentar lagi berubah bentuk menjadi Syafa’at Marketing Communication. Bisnis Islami/ Bisnis Syariah, merupakan tema yang menarik untuk dibahas dalam diskusi sore itu. Beberapa pertanyaan terlontar, persis seperti yang saya perkirakan. Kebanyakan menanyakan hal-hal mendasar terbangunnya bisnis Islami. Baik dari sisi semangatnya, motivasinya, maupun hal-hal dilapanganyang biasanya mengganjal praktik bisnis Islami.

Untuk lebih jelasnya beberapa materi rangkuman saya tuliskan dibawah ini yang diambil dari berbagai sumber salah satunya dari buku terbitan Pengusa Rindu Syariah (PRS) yang pertama. Kritik dan saran sangat saya nantikan untuk perbaikan kedepan.


Seputar Tanya Jawab Bisnis Syariah

Part #01


Mengapa bisnis harus Islami (bisnis syariah)?

Sebagai konsekuensi kaum muslimin dalam bermuamalah, disetiap gerak dan langkahnya menstandarkan dirinya dengan syariah. Dan bisnis Islam adalah jawaban bagi seorang muslim dalam menjalankan bisnisnya. Konsekuensi seorang muslim dalam upayanya menjadi Abdullah (hamba Allah) yang taat.

Karena pada dasarnya seorang muslim kelak akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa-apa yang diperbuatnya.

Dua telapak kaki manusia akan selalu tegak (dihadapan Allah) hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia pergunakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia korbankan. [HR. Tirmidzi dari Abu Barzah ra]

Sungguh akan datang kepada manusia masa dimana seseorang tidak lagi peduli dengan cara apa ia mengambil harta, apakah cara itu halal ataukah haram. [HR. Bukhari]

Jangan membuatmu takjub, seseorang yang memperoleh harta dari cara yang haram, jika dia infakkan atau dia sedekahkan maka tidak diterima, jika ia pertahankan maka tidak diberkahi dan jika ia mati dan tinggalkan harta itu maka akan jadi bekal dia ke neraka. [HR. ath-Thabrani, ath-Thayalisi dan al- Baihaqi, lafal ath-Thabarani]


Apa yang membedakan bisnis konvensional dengan bisnis Islami?

Pertama, terletak pada Asasnya. Bisnis konvensional meletakkan asas atau hal mendasar dalam pelaksanaan bisnisnya dengan aspek material semata. Sementara bisnis Islam dalam setiap aktifitasnya berlandaskan Aqidah Islam.

Kedua, Motivasi yang lahir. Bisnis konvensional hanya memiliki motivasi duniawi. Sedangkan didalam bisnis Islam motivasinya adalah dunia dan akherat. Bagaimana mengembangkan bisnis yang ’berkat’ dan ’berkah’. Berkat berarti upaya secara profesional mendapatkan profit yang berkesinambungan, berkah berarti mengharapkan ridlo Allah dalam setiap jengkal gerak langkah dalam bisnis sehingga mendapatkan rezeki yang berkah dan halal.

Ketiga, Orientasi Bisnis. Konvensional memiliki orientasi; Profit, Pertumbuhan, dan Keberlangsungan. Sedangkan Bisnis Islam; Profit dan Benefit (non materi/qimah/nilai), Pertumbuhan, Keberlangsungan dan Keberkahan.

Keempat, Strategi Induk. Terlihat didalam visi dan misi perusahaannya. Perusahaan konvensional, setingi-tinginya visi yang diemban hanya terbatas pada kepentingan material belaka. Sedangkan bisnis Islam visi dan misi organisasinya terkait erat dengan misi penciptaan manusia didunia (sebagai abdullah).

Kelima, Manajemen/Strategi Fungsional Operasi/Proses: Tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran, mengedepankan produktivitas dalam koridor manfaat semata. Sedang didalam bisnis Islam, jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran, mengedepankan produktivitas dalam koridor syariah

Keenam, Manajemen/Strategi Fungsional SDM. Konvensional mengandalkan SDM profesional, SDM adalah faktor produksi, SDM bertanggung jawab pada diri dan majikan

Masih ada tiga poin mendasar lain yang membedakan bisnis konvensional dengan bisnis Islami. Yaitu pada Manajemen Keuangan, Pemasaran, dan Sumberdaya. Kesemuanya berdasarkan apakah jaminan halal atau haram yang menjadi ukuran keberlangsungannya.


Mengapa harus disebut bisnis syariah?

Sama persis dengan logika sate Padang atau rumah makan Padang. Sate Madura, dan lain-lain. Sebutan ada sate Padang karena warung tersebut berada di pulau Jawa. Coba kita pergi ke Padang. Disana pasti tidak kita dapati sate Padang. Yang ada hanyalah ’sate!’.

Selama kurang lebih tiga belas abad sejak Rosulullah wafat, kekuasaan Islam yang terhampar dari selat Borporus sampai Cordova. Pada saat itu tidak ada istilah bisnis Syariah atau bisnis Islami. Yang ada hanyalah ’Bisnis’. Segala praktek bisnis distandarisasi dengan aturan-aturan Islam. Masyarakat rukun dan damai walaupun berbeda agama/keyakinan menjalankan kehidupan sehari-hari dan menjalankan bisnisnya dengan nyaman dibawah aturan Al Qur’an.

Melihat uraian diatas, dan Ideologi yang berkuasa serta mengatur mu’amalah yang ada sekarang adalah ideologi Kapitalis Sekuler maka penamaan Bisnis Islam/Syariah menjadi penting. Terutama sebagai pembeda dan penjelas. Kehidupan para pebisnis muslim akan dihadapkan pada kenyataan yang cukup berat dimana semua aturan bisnis yang ada sekarang menggunakan aturan kapitalis sekuler tetapi keinginan kuat mereka untuk menjalankan bisnis yang sesuai dengan syariat juga ingin mereka lakukan.

Ali ra berkata,

Andai tidak ada 5 perkara, seluruh manusia

tentu menjadi orang sholeh:

  1. Merasa puas dengan kebodohan

  2. Terlalu fokus terhadap dunia

  3. Bakhil terhadap harta

  4. Riya dalam beramal

  5. Membanggakan diri sendiri

Nasha’ih al-’ibad, hal 32





Labels: , ,