Thursday, May 29, 2008

silahkan dwnld


boleh di print, tempel kamar... renungi mimpi... bangun pagi... cuci muka... kerja keras... raih mimpi...

Labels: ,

Wednesday, May 28, 2008

Silahkan Datang....


Menampilkan beberapa karya dosen ADVY baik karya lama maupun baru. Keinginan lama yang akhirnya sampai juga. Ditengah-tengah kesibukan dosen-dosen, baik yang sok sibuk maupun yang pura-pura sibuk. Apapun karyanya... senang melihatnya. Silahkan datang, diapresiasi, untuk kemajuan bersama. Gratis! Thx.

Labels:

Tuesday, May 27, 2008

Dari Badminton? Muncul Kebangkitan yang hakiki?


Hingar bingar Thomas Uber Cup baru saja selesai. Inginnya, memperingati 100 th kebangkitan Nasional dengan gagah nenteng piala Thomas yang disandingin dengan piala Uber sekaligus. Tapi gagal. Tak apalah… Indonesia… finalnya (Uber) juga semifinalnya (Thomas) disaksikan Presiden SBY. Coba kalo SBY nggak nonton… mungkin menang kaleee…. sama dengan tim PSSI sewaktu melawan Bahrain ya…kalau tidak salah di Piala Asia. Ditonton SBY, kalah!

Yang jadi pertanyaan saya, apakah kebangkitan itu bisa muncul dengan jadi juara badminton? Apakah harga-harga kebutuhan pokok bisa turun? Harga BBM bisa turun? Kesehatan murah? Kejahatan menurun? Apakah dengan badminton kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat? Terbebas dari hegemoni asing? Sektor Ekonomi… Politik & Sosial stabil?

Sungguh… biaya yang dikeluarkan untuk perhelatan itu tidak sedikit. Hak relay yang dimiliki Trans TV dan TV 7 juga pasti membawa keuntungan dari iklan-iklan yang masuk. Dan BRI! Segabai sponsor utama tentu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Ratusan Milyar barangkali tidak cukup untuk persiapan yang setahun sebelumnya telah dilakukan. Pernah suatu saat saya ngobrol dengan bos sebuah perusahaan suplier kebutuhan BTL (Bellow The Line) BRI seluruh Indonesia “Wah mas… itu yang saya khawatir… BRI jadi sponsor untuk Thomas Uber… lha nanti belanja merchandise nya gimana… mesti dikurangi to?”

Bayangkan, ratusan milyar untuk pelaksanaan turnamen apabila diberikan kepada pengusaha kecil menengah sebagai modal… berapa ribu orang bisa diberdayakan untuk mengentaskan kemiskinan? Atau diberikan ke rumah-rumah singgah dimana anak-anak jalanan dididik untuk hidup lebih brarti.

So… sekarang masyarakat miskin semakin bertambah. Nasi aking, singkong, jagung menjadi makanan sehari-hari. Gizi mereka tidak mungkin bisa untuk bisa bersaing ditengah kompetisi global yang baru saja dibuka. Pendidikan yang semakin mahal, kesehatan yang semakin tidak terjangkau. Maka benar perkataan Eko Prasetyo dari Resist Book,”Orang miskin dilarang sekolah, orang miskin dilarang sakit”. Dengan kenyataan seperti ini sulit rasanya menjadikan Bulu Tangkis sebagai alat kebangkitan. Kalau kebangkitan Nasionalisme barangkali saya setuju… tapi sesaat sifatnya. Setelah event selesai, yaa… selesailah nasionalisme. Seperti perkataan ulama besar dari Timur Tengah Taqiyuddin An-Nabhani di buku Nidzomul Islam…
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah-tengah masyarakat, tatkala pola pikir manusia mulai merosot. Ikatan ini terjadi ketika manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tidak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempat dimana mereka hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tumbuhnya ikatan nasionalisme, yang tergolong ikatan paling lemah dan rendah nilainya. Ikatan ini tampak juga dalam dunia binatang serta burung-burung, dan senantiasa emosional sifatnya. Ikatan semacam ini muncul ketika ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Tetapi bila suasananya aman dari serangan musuh atau musuh tersebut dapat dilawan dan diusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini. Olah karena itu ikatan ini rendah nilainya.”

Untuk itu, apakah masih berfikir… dengan badminton akan mucul kebangkitan? Pikirkan lagi!

Labels: ,