Sexy Brief, Sexy Idea

Dalam perbincangan sederhana disuasana café remang-remang yang syahdu… halah… dua setengah jam kita bahas tema yang barangkali jarang diangkat dalam diskusi kreatif sehari-hari. ”Sexy Brief, Sexy Idea”. Berikut sekilas alur kerangka materi yang saya susun poin-perpoin tentu saja di software kesayangan powerpoint (makasih Bill…). Materi yang diberikan saat itu sangat subyektif sifatnya. Karena resep merancang iklan dengan pendekatan brief yg sexy kali ini dengan pendekatan yang biasanya Syafa’at Advertising lakukan. Hasil rangkuman belajar bertahun-tahun sehingga menghasilkan formula yang sampai saat ini digunakan untuk menciptakan iklan kreatif yang renyah dan membumi.
Masing-masing creative agency memiliki cara sendiri untuk mendorong ide-ide kreatif mereka muncul. Termasuk bikin resep Brief agar terlihat bagus dan baik ketika harus dibahas di meja meeting antara Creative Dept. dan Account Dept. dan tentu saja Strategic Planner yang selalu standby kapanpun untuk memberikan clue2nya. Menurut Syafa’at, iklan yang kurang “greng” biasanya karena briefnya yang nggak keren, kurang merangsang orang-orang di Creative Dept. untuk memunculkan idenya. So... supaya terjadi hasil yang sebaliknya... pertama yang mesti kita benahi adalah "Brief". Agar ketika brainstorm itu telah berjalan, bisa menjadi peta agar tidak tersesat.
Dalam pembahasan kali ini ada dua brief yang akan kita bahas. 1) Client Brief, 2) Creatif Brief.
Client Brief
Brief yang didapat, adalah penjelasan detil dari klien yang meliputi:
Product/ Company Data & Spesification;
berisi tentang penjelasan detil produk/ perusahaan yang akan dipromosikan
Target Market;
target pasar yang berhubungan dengan spesifikasi luasan tempat/geografis, usia, SES (Strata Ekonomi Sosial) dan ketentuan-ketentuan teknis lainnya.
Target Audience
target yang berhubungan dengan behaviouristis... lebih pada gaya hidup
USP/ESP
USP (Unique Selling Preposition) hal yang unik yang bisa dijual. ESP (Emotional Selling Preposition) secara bahasa lebih ke emosional apa yang bisa dijual didalam tubuh produk tsb.
Marketing Strategy
barangkali Marketing departemen dari klien yang bersangkutan sudah memiliki strategy marketing, sehingga agency bisa mendapatkan bocoran sehingga menjadikan bahan untuk dibuatkan strategy kreatif dan medianya
Research
apakah sebelumnya perusahaan/klien telah melakukan research melalui lembaga research marketing atau melakukannya sendiri sehingga keberadaan/keunggulan/kelemahan produk sudah tercium sedari dini
Time Line Schedule -- D/L
biasanya tim Marketing klien sudah memiliki Time Line Marketing paling tidak untuk satu tahun
Etc
dan lain-lain... kalo mo lebih lengkap lagi maka kita akan lebih dekat lagi dengan brand yg akan kita garap, makanya nggak perlu malu untuk nanyain apa saja yg kita mau... nanyak sampek nggak ada pertanyaan lagi!
Sedangkan Creative Brief
adalah brief yang telah diolah baik oleh Strategic Planner, atau Account Executive yang memiliki sense yang kuat terhadap ide yang akan direncanakan muncul. Lebih baik memang Creative Brief ini hasil diskusi dengan Creative Director yang menggawangi departemen kreatif. Biasanya Creative Brief yang nakal dan sexy, akan merangsang departemen ini untuk menghasilkan ide-ide yang diluar expectasi standart. Intinya, brief uzur… dan tidak kreatif akan memunculkan ide yang biasa-biasa aja. Walaupun tidak setiap saat begitu. Adakalanya sebaliknya. Tetapi seringnya begitu… hehehehe gimana seh… jadi binun....
Berikut ‘Sexy’ Creative Brief …. ala Syafa’at tentunya.
USP/ESP/Brand Essence
Kalimat perasan dari sebuah brand yang meliputi keunggulan atau apapun yang menjadi "sari" dari sebuah brand
Analysis
Analisa produk: bisa menggunakan SWOT/T-Plan/Brandwheel, dll
Competitor
lawan dari brand klien
Fill & Touch
isi & sentuhan-sentuhan
Tone & Manner
nada & cara berbicara
Desired Response
hasrat jawaban terhadap pasar ketika melihat iklan yang diplacement
Mandatory
pesan sponsor (apa yg diinginkan Strat Plan/AE/pesan khusus lainnya)
What to Say
apa yang ingin disampaikan, biasanya berupa kalimat ampuh yg menjadi penuntun menciptakan how to say
How to Say
bagaimana menyampaikannya... lebih baik sudah berupa visual yang nantinya akan digoreskan
Ini memang bukan rumus baru… hanya meramu saja dengan yang sudah ada. Tetapi divermak isinya… dipertajam bahasanya, dibikin lebih menggairahkan. Kekuatan brief tidak terletak pada poin2 yang banyak, tetapi isi dari poin2 tersebut. Bagaimana dengan brief agency Anda?
Labels: advertising, gagasan